Pujawali Pura Lingsar Sukses, Perang Topat Dimulai Pukul 17.00 dan Sedot Ribuan Wisatawan

Pujawali Pura Lingsar Sukses, Perang Topat Dimulai Pukul 17.00 dan Sedot Ribuan Wisatawan
Lombok Barat, NTB (Berita Bumigora) - Rangkaian Pujawali di Pura Lingsar kembali berlangsung khidmat dan meriah, Kamis (04/12). Upacara sakral yang dimulai pukul 15.00 WITA ini diikuti ribuan pemedek, warga, serta wisatawan domestik maupun mancanegara. Puncak rangkaian tradisi tahunan itu ditutup dengan Perang Topat yang dimulai tepat pukul 17.00 WITA, menarik kerumunan besar pengunjung di area luar pura.

Prosesi Pujawali berlangsung tertib. Umat Hindu melaksanakan persembahyangan, menghaturkan banten, dan memanjatkan doa memohon keselamatan serta kemakmuran. Setelah ritual utama rampung, ribuan masyarakat mulai bersiap di pelataran luar pura untuk menyaksikan Perang Topat — tradisi yang menjadi ikon toleransi antara umat Hindu dan komunitas Sasak di Lombok.

Ritual Ketupat oleh Perempuan Sasak

Sebelum Perang Topat dimulai, ketupat-ketupat yang akan digunakan dibawa oleh para perempuan suku Sasak. Mereka memulai prosesi dengan ritual khusus yang diwariskan turun-temurun. Ketupat yang telah diberkati ini tidak sekadar menjadi “peluru” simbolik, tetapi diyakini masyarakat memiliki tuah kesuburan untuk pertanian.

Foto : facebook.com/ardiy.syahreza.188
Tradisi inilah yang membuat momen setelah Perang Topat semakin unik. Begitu acara selesai, banyak petani berlarian mengumpulkan ketupat yang berserakan. Ketupat itu kemudian mereka bawa ke sawah atau kebun masing-masing sebagai simbol berkah kesuburan, kelimpahan panen, serta perlindungan lahan pertanian.

Wisatawan Membludak, Tradisi Toleransi Dihidupkan

Sejak pukul 14.00 WITA, arus wisatawan mulai memenuhi area Pura Lingsar. Banyak pengunjung menunggu sejak siang demi mendapatkan posisi terbaik ketika perang dimulai.

Perang Topat sendiri berlangsung meriah dan penuh tawa. Ratusan peserta saling melempar ketupat tanpa amarah — karena tradisi ini bukan bentuk pertarungan, melainkan simbol persaudaraan, pembersihan diri, dan kerukunan. Perang Topat telah lama menjadi contoh kuat harmonisasi antara umat Hindu dan Muslim Sasak yang hidup berdampingan di Lombok.

Pemerintah daerah bersama pengelola pura telah menyiapkan pengamanan berlapis, penataan lalu lintas, serta jalur khusus wisatawan untuk memastikan acara berjalan lancar dan nyaman untuk ditonton. Panggung budaya dan stan UMKM juga menambah semarak kawasan Lingsar hari ini.

Daya Tarik Utama Pariwisata Budaya Lombok

Perang Topat bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga telah berkembang menjadi atraksi budaya yang dikenal luas secara nasional bahkan internasional. Banyak wisatawan menyebut tradisi ini sebagai salah satu pengalaman budaya paling autentik di Lombok — perpaduan spiritualitas, nilai harmoni, dan keseruan yang hanya bisa ditemukan sekali setahun di Pura Lingsar.