Pendampingan Kampanye Sadar Wisata 5.0 Wujudkan Kolaborasi Industri dan Desa Wisata di Lombok |
Lombok – Program Kampanye Sadar Wisata (KSW) 5.0 yang
telah berjalan sejak tahun 2022 dengan dukungan penuh Bank Dunia, di 6
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), kini telah memasuki tahap pendampingan
akhir di desa-desa wisata. Proses pendampingan terus melahirkan sejumlah
langkah kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk industri pariwisata, untuk
memastikan keberlanjutan program peningkatan kapasitas SDM dan kualitas pelaku
pariwisata dan pengembangan desa wisata yang telah dilakukan selama program
Kampanye Sadar Wisata 5.0.
Sebanyak 7 desa wisata di Lombok mengesahkan nota
kesepahaman dengan pelaku industri pariwisata pada Kamis (14/9), untuk bekerja
sama dalam peningkatan kapasitas SDM pariwisata, pemasaran paket wisata, serta
hilirisasi produk UMKM desa wisata. Langkah awal kerja sama ini diharapkan
dapat menjembatani dan mengakselerasi kebutuhan kedua pihak serta saling
memberikan manfaat, agar dampak positif program Kampanye Sadar Wisata 5.0
semakin dirasakan pada peningkatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.
Penandatanganan nota
kesepahaman antara desa wisata di Lombok dengan kalangan industri adalah
sebagai berikut:
- Desa Wisata Senteluk dengan Holiday Resort Lombok
- Desa Wisata Jerowaru dengan Ekas Breaks Resort
- Desa Wisata Pusuk Lestari dengan Sunset House Lombok
- Desa Wisata Medana dengan Lombok Golf Kosaido
- Desa Wisata Buwun Mas dengan Lombok Experience Tour & Travel
- Desa Wisata Gili Gede Indah dengan Ko Ko Mo Resort
- Desa Wisata Sekotong Barat dengan Ko Ko Mo Resort
“Kemitraan itu penting, karena desa wisata
adalah pariwisata yang berbasis masyarakat, sehingga membutuhkan
pendampingan. Di sisi lain, industri
pariwisata juga tidak bisa mendominasi dengan aspek bisnis karena usaha
pariwisata ini adanya di destinasi pariwisata, termasuk di desa wisata,” jelas
I Ketut Suabawa, Narasumber Pendampingan KSW 5.0 yang berasal dari kalangan industri
hospitality dan asosiasi.
Penandatanganan nota kesepahaman ini, ujar
Suabawa, akan ditindaklanjuti dengan ruang diskusi agar pihak industri dan desa
wisata dapat merumuskan Memorandum of Agreement (MoA) yang bersifat
lebih rinci untuk kebutuhan jangka pendek maupun menengah. “Adanya
keberlanjutan ini yang membedakan Kampanye Sadar Wisata dengan program-program
serupa. Kami juga akan terus memonitor pelaksanaannya, serta menjembatani
apabila terdapat kendala meskipun program ini sudah selesai,” lanjut Suabawa.
Isi nota kesepahaman yang ditandatangani
meliputi pendampingan lanjutan untuk peningkatan kapasitas SDM, pemasaran paket
wisata dari desa wisata bagi tamu hotel, serta upaya agar hasil produksi UMKM
desa wisata dapat terserap pihak industri.
“Paket wisata ini kita susun selama proses
pendampingan dan sudah diuji coba oleh narasumber sehingga kualitasnya sudah
sesuai standar. Maka hotel dapat merekomendasikan paket ini kepada tamu,
sehingga masa tinggal tamu pun jadi lebih lama,” jelas Suabawa.
Sejalan dengan itu, salah satu pelaku
pariwisata yang dalam program ini disebut sebagai Local Champion yakni
Lukmanul Hakim dari Desa Wisata Jerowaru, Lombok Timur, menyatakan apresiasi tentang
bagaimana program Kampanye Sadar Wisata 5.0 ini telah berhasil membantu desa
Jerowaru membuat dan mematangkan berbagai paket wisata hingga menjadi nyata dan
layak jual.
“Saya juga berharap informasi paket wisata ini
bisa lebih disebarkan juga ke hotel-hotel agar banyak wisatawan berkunjung ke
Desa Jerowaru, misalnya ke Bale Mangrove. Sudah terbukti setelah kami
menyebarkan brosur di hotel, turis mancanegara mulai datang. Karena itu, kami
juga sekarang memerlukan pelatihan untuk pemandu berbahasa asing,” paparnya.
Dampak positif berkembangnya pariwisata pasca
program KSW 5.0, jelas Lukman, sudah dirasakan warga. Misalnya para penjual di
destinasi wisata per hari bisa mendapatkan penghasilan di atas Rp300.000
sementara sebelumnya sebagai petani atau nelayan pendapatan per hari sekitar Rp30
ribu. Difasilitasi program KSW 5.0, Desa Jerowaru juga berhasil mencairkan
pendanaan sebesar Rp231 juta dari PLN untuk pengembangan pariwisata.
“Melihat progress dan potensi yang ada,
kami juga telah mendapatkan anggaran dari berbagai kementerian. Ini wujud
kolaborasi pentahelix antara
pengelola, badan usaha, pemerintah, antar kementerian,” ujar Lukman.
Hadir dalam acara penandatanganan nota
kesepahaman ini, Florida Pardosi, Direktur Pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf). Dalam sambutannya Florida mengatakan,
Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan
Berkelanjutan (P3TB) dimana Program Kampanye Sadar Wisata (KSW 5.0) ini ada di
dalamnya memang berakhir tahun ini, namun berbagai kolaborasi dilakukan untuk
memastikan keberlanjutan dukungan bagi pengembangan desa wisata.
“Untuk menjaga keberlanjutannya, kami mengetuk
pintu ke semua korporasi, lembaga internasional, maupun Kementerian dan Lembaga
untuk “jualan” program desa-desa wisata yang terintervensi program ini. Banyak
sekali kemungkinannya agar program ini bisa terus berjalan, dengan dukungan
lintas sektor dan pentahelix,” tegas Florida.
Kepada pelaku pariwisata, Florida menyampaikan
ajakan terus semangat mengembangkan pariwisata. “Dari desa juga kami harapkan
semangat dan percaya diri yang lebih besar lagi. Karena sudah mendapatkan pembekalan
bagaimana melakukan pendekatan pada stake holder, untuk mendapatkan
dukungan baik secara fisik maupun non fisik, termasuk peningkatan SDM,”
ujarnya.
Pada kesempatan sebelumnya, Deputi Budang
Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Martini M. Paham telah menggarisbawahi pentingnya sinergitas
unsur pentahelix dalam pembangunan sektor pariwisata, termasuk di
desa-desa wisata.
“Untuk
memastikan bahwa pariwisata mampu secara berkelanjutan memberi manfaat jangka
panjang bagi masyarakat; komitmen, dukungan, dan kolaborasi seluruh
komponen pentahelix adalah kunci sukses untuk mencapai tujuan tersebut.
Terutama sinergitas antara pemerintah daerah, dinas pariwisata, asosiasi
industri, dan badan usaha yang memegang peranan penting mewujudkannya,” ucap
Martini M.Paham.
Kolaborasi merupakan salah
satu pesan kunci yang selalu ditekankan Menparekraf/Kabaparekraf Sandiaga
Salahuddin Uno pada berbagai kesempatan. Dalam hal ini, desa wisata memiliki
andil penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Desa wisata telah menjadi pemenang di masa pandemi yang dapat
menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan target tahun 2024 sebanyak 4,4 juta lapangan pekerjaan,”
ujarnya. Untuk itu, Sandiaga mengundang peran aktif semua pihak yang berkepentingan
untuk turut mendukung pengembangan desa wisata secara berkelanjutan.